Address
jl. Wijaya Kusuma, Jatisampurna, kota Bekasi
Phone
085282477674
Email
zakirimport@gmail.com

Merosot Awal Tahun, Ini Daftar Barang yang Impornya Turun!

Diterbitkan Sabtu, 27 Juli 2024

Kinerja impor Indonesia sudah mengalami penurunan pada awal tahun ini. Penurunan itu dipicu anjloknya impor untuk barang modal hingga bahan baku secara bulanan atau month to month (mtm).

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS Habibullah mengatakan, nilai impor Indonesia pada Januari 2023 sebesar US$ 18,44 miliar. Nilai itu turun 7,15% dibanding Desember 2022 US$ 19,86 miliar, meski naik 1,27% dibanding Januari 2022 US$ 18,21 miliar.

Kendati begitu, kenaikan impor secara tahunan atau year on year (yoy) masih jauh lebih lemah dibandingkan kenaikan impor pada Januari 2022 yang tumbuh 36,62%.

“Tapi pertubuhan impor Januari 2023 secara yoy kembali meningkat setelah kontraksi pada November dan Desember 2022,” ujar Habibullah saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Berdasarkan penggunaan barangnya, impor barang-barang konsumsi secara mtm turun hingga 11,64%, bahan baku atau penolong turun 3,74%, dan impor barang modal turun 18,48%. Secara yoy, ketiganya masih tumbuh masing-masing 1,09%, 0,41%, dan 5,66%.

Berdasarkan golongan barang yang lebih detil atau HS 2 digit, penurunan terbesar dialami oleh golongan mesin/peralatan mekanis dan bagiannya senilai US$434,0 juta atau minus 14,95 persen; diikuti oleh besi dan baja US$223,8 juta (20,02 persen).

Selain itu, instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis turun senilai US$157,1 juta (37,60 persen); kereta api, trem, dan bagiannya US$145,7 juta (85,95 persen); serta bijih logam, terak, dan abu turun senilai US$120,0 juta (72,97 persen).

“Penurunan impor komoditas terbesar mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya yang menurun US$ 434 juta atau turun 14,95% dari negara asal barangnya Tiongkok, Jepang, dan Finlandia,” tutur Habibullah.

Sementara, komoditas mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya merupakan golongan barang dengan peningkatan impor terbesar senilai US$215,6 juta (10,18 persen) untuk periode Desember 2022 ke Januari 2023.

Lalu diikuti oleh gula dan kembang gula US$122,2 juta (64,67 persen), serealia US$102,6 juta (22,80 persen), bahan bakar mineral US$86,2 juta (25,78 persen), serta bahan kimia anorganik US$49,1 juta (26,64 persen).

“Untuk peningkatan komoditas non migas terbesar mesin dan peralatan elektrik serta bagiannya berdasarkan negara asal barang penurunan terbesar berasal dari Tiongkok, Taiwan, dan Korea Selatan,” ujar Habibullah.